SAMBUTAN PAKAR HADITS DAN REKTOR AL-JAMI’AH
AL-ASYRAFIYYAH DAN PEMIMPIN
PERKUMPULAN ULAMA PAKISTAN
Bismiildhirrahmdnirrahim
SEGALA puji hanya dipersembahkan kepada Allah,
Tuhan Yang Memelihara alam semesta. Akibat yang baik hanya bagi orangorang
yang bertakwa. Semoga Allah berkenan melimpahkan rahmat dan salam kepada
penutup para nabi dan rasul pamungkas, pada segenap keluarga dan para
sahabatnya.
Saya telah menelaah secara seksama buku yang
bermutu dan berharga Mafahim Yajibu an Tushohhaha karya Allamah Al-Ustadz
Syekh Dr. Muhammad Alawi Al-Maliki Hasani ini. Sungguh kitab ini memuat
berbagai materi kajian yang vatif dan kandungan yang bermutu yang diperlukan
oleh para ~ma dan mahasiswa. Di dalamnya tampak kejelian penulis dan :inggian
peinikirannya yang dapat mengurai berbagai masalah yang -nit dan pelik
berkaitan dengan objek kajian teologis (ushuluddin).
Tak dirgaukan lagi, buku ini telah berhasil membuka hijab tentang berbagai
poin yang tertutup dan jauh dari pandangan para ulama. Semoga penulisnya dilimpahi
pahala yang terbaik dan dikaruniai nikmatan lahir dan batin yang sempurna.
Kami memohon kepada Allah agar karya ini selamanya
bermanfaat bagi kaum Muslimin, khususnya para ahli ilmu, baik yang ada di Barat
maupun di Timur. Tentu saja hahitu akan sangat mudah bagi Allah. Ya, Allah,
kabulkanlah permohonan kami.
SAMBUTAN
DIREKTUR PENGAJARAN / PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ILMU ISLAM KARACHI
Bismillahirrahmanirrahim
SEGALA puji hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Semoga rahmat dan salam tercurah melimpah kepada
junjungan kita, nabi termulia dan rasul yang paling utama, kepada keluarga dan
segenap sahabatnya.
Saya telah membaca karya Syekh Sayyid Muhammad
Alawi al-Maliki Al-Hasani Al-Makki
ini. Bahkan, saya pun telah membaca berbagai komentar dan pengantar para ulama
mengenai buku ini dan penulisnya.
Saya merasa sejalan dengan apa yang ditulis oleh
Fadhilah Syekh allamah Mufti Hasanain Muhammad Makhluf. Saya juga berpendapat,
kini telah tiba saatnya para ulama pejuang kebenaran bersatu padu membentuk
satu barisan yang kokoh untuk menghadapi musuh yang menggalang kekuatan, yaitu
orang-orang kafir yang bercita-cita menghancurkan Islam serta membunuh dan
melenyapkan semua pemeluknya dari muka bumi; mereka yang sangat bernafsu
mengotori tanah-tanah suci kaum Muslimin.
Hendaklah para ulama saling bertoleran terhadap
yang lain dalam hal-hal yang menjadi medan ijtihad bagi para mujtahid. Dengan
demikian, diharapkan kekuatan mereka tidak terbuang percuma hanya karena
bentrok di antara mereka.
Islam, khususnya para ulamanya, seyogianya
dimanfaatkan demi membela dan mempertahankan agama yang lurus (hanif ini, Islam, dan pemeluknya).
Saya telah menyaksikan Fadhilah Syekh Sayyid
Muhammad Alawi Al-Maliki pada saat-saat sedang melakukan studi, khususnya
ketika beliau berkunjung ke Karachi dan sempat tinggal di sana beberapa bulan.
Saya menyaksikannya, betapa beliau sangat bersemangat untuk menghadiri berbagai
majelis ahh hak dan ahh tauhid yang terdiri dari kalangan ulama besar, seperti
Fadhilah, Allamah Muhaddits yang agung Syekh Muhanunad Yusuf Al-Banuri dan
Fadhilah Allamah Al-Mufti yang agung Syekh Muhammad Syafi .
Saya bermohon kepada Allah, agar berkenan kiranya
memberikan taufik dan kebenaran kepada beliau.
~~~~
SAMBUTAN KETUA MAJELIS ULAMA PAKISTAN
Bismillairrahmanirrahim
S EGALA puji hanya bagi Allah, Tuhan Yang Maha Esa.
Semoga rahmat dan salam terlimpah kepada Nabi Muhammad Saw, nabi yang tidak ada
nabi setelahnya. Semoga rahmat dan salam -npah juga kepada keluarga Nabi serta
para sahabat dan para ummatnya.
Secara pribadi dan sebagai Ketua Majehs Ulama
Pakistan (MUP) serta para anggota MUP yang tersebar di setiap daerah dari
berbagai pelosok Pakistan -dan menghimpun sekitar 20 ribu orang; kami telah
menelaah kita Mafahim Yajibu an Tushohhaha Karya Sayyid Syekh Dr. Muhannnad
Alawi, dan kami melihat buku tersebut memuat pendapat-pendapat yang sesuai
dengan apa yang menjadi Ahlul Sunnah Wal Jama'ah, baik salaf maupun khalaf, memberikan keputusan penting di dalamnya dalam beberapa masalah dan juga
mnguatkannya dengan dalil-dalil Al-Qur'an dan Sunnah Muhammad Saw.
Kami berharap, semoga Allah Swt berkenan menyatukan
kaum muslimin untuk senantiasa mengikuti yang hak atau kebenaran. Dan kami akan
berada di barisan beliau Dr. Muhammad Alawi dalam segaa jihadnya, dan membantu
ahli hak; Ahlu Sunnah wal Jama'ah.
Semoga Allah Swt berkenan melimpahkan rahmat dan
salam serta berkah kepada pemimpin dan
teladan kami, Nabi Muhammad dan keluarganya serta semua sahabat dan para
pengikutnya.
SAMBUTAN
Prof. Dr. HASAN AL-FATIH QARIBULLAH
Bismillahirrahmanirrahim
Segala puji bagi Allah
Tuhan Semesta Alam, Sholawat serta Salam semoga selalu terlimpahkan kepada
junjugan kita Nabi Muhammad saw , keluarga dan sahabatnya, serta mereka yang
mencari petunjuk darinya, mereka yang mengikuti sunngah Nabi dan yakin kepadanya
sampai hari kiamat.
Rumah (keturunan) Sayyid Dr. Syekh Muhammad Alawi
al-Maliki dikenal secara luas dan mempunyai kedudukan yang tinggi. Keutamaan
itu dimunculkan oleh segenap keluarganya dengan ilmu, akhlak, dan ketetapan
hati untuk menegakkan dakwah mengajak manusia untuk menuju Allah Swt dengan
mengikuti metode Qur'ani dan Sunni. Keluarga Syekh Muhammad Alawi juga terhiasi
dengan nasab yang tinggi yang bertemu dengan Nabi Muhammad Saw. mereka juga
memiliki keistimewaan kecintaan mendalam terhadap daerah-daerah suci dan
memuliakan para pejabat pemerintahnya. Mereka, para pelayan tempat-tempat suci
itu dipimpin oleh Khadim al-Haramain AI-Syarifain, Raja Saudi Arabia.
Ahlulbait (Alawi) telah terbukti memiliki keagungan
dan kemuliaan. Mereka menghibahkan kehidupannya demi agama. mereka kerahkan
segala daya dan upaya untuk membela agamanya. Mereka juga berketetapan hati
untuk selalu membela Kerajaan Saudi Arabia dari tindakan orang-orang lalim yang
melewati batas dan menjaga dari
kejahatan orang-orang bodoh yang suka memakai "baju ilmuwan dan
agamawan".
Kajian yang dilakukan Syekh Muhammad Alawi yang
saya komentari ini merupakan dalil dan bukti bagi kebenaran apa yang saya
katakan. Kitab ini ditulis oleh seorang ulama di antara sejumlah ulama besar
Islam, yang memuat upaya beliau dalam meluruskan berbagai paham yang hampir
dilenyapkan oleh orang-orang bodoh. la
menjelaskan berbagai hakikat yang membuat banyak orang terdiam seribu bahasa.
Beliau tampaknya telah berhasil mengikat, secara ilmiah (elegan), dominasi
kerajaan dengan kendaraan para ulama dan menjauhkannya dari sikap isolatif yang
diusahakan sebagian kaum orang untuk menerapkannya kepada kerajaan.
Penulis juga menjelaskan salahnya landasan dan
ukuran yang digunakan sebagian orang untuk mengkafirkan dan menyesatkan
saudaranya, sesama Muslim. Paham atau tradisi mengkafirkan dan menuduh sesat
Muslim lain itu dihembuskan oleh para pcngklaim ilmu -merepresentasikan sebagai
ulama- untuk menyatakan kebanggaannya dengan minoritas (intelektual) kaum
Muslimin, bukan dengan mayoritas. Dengan gigih, mereka menebarkan api fitnah di
antara barisan kaum Muslimin. Mereka kadang-kadang lebih suka mengangkat dan
bergantung pada masalah-masalah formal dari agama. Kadang-kadang mereka juga
mengangkat masalahmasalah pelik yang diikhtilafkan para ulama. Harapan mereka
suaranya akan didengar dan mereka menjadi populer.
Tasawuf termasuk yang menjadi sasaran tembak utama
orang-orang yang mengaku ulama itu. Mereka menyebarkan fitnah dan tuduhan
terhadap ilmu tasawuf dan para ahlinya yang tentu saja para ulama ahli tasawuf
terbebas dari apa yang mereka tuduhkan itu. Padahal, para pembenci ulama saleh
itulah yang justru tersesat. Berdasarkan kenyataan itu, tidak ada jalan lain kecuali
harus ada ulama yang terjun langsung ke medan "pertempuran". Dan
ulama itu hendaklah orang yang pasti mengetahui secara meyakinkan bagaimana berdiskusi. la juga mesti seorang alim
yang piawai bagaimana "berperang". Sebab kewajiban `amar ma'ruf dan
nahyu munkar tidak berlaku dalam masalah-masalah khilafiah. Ketahuilah, minoritas
mempunyai faktor fanatisme, maka kelompok mayoritas yang terdiri atas kaum
Muslimin tentu mempunyai faktor pendorong yang kuat untuk mengembalikan
paham-paham yang benar, yakni paham-paham yang didasarkan pada pemahaman yang
benar terhadap kitab Allah dan Sunnah Rasulullah Saw.
Kami
mendefinisikan tasawuf -sebagaimana dikatakan penuhs buku- sebagai diskursus
ilmiah dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan pemikiran. Ilmu tasawuf
dengan metode, program dan caranya merupakan wawasan yang tinggi dalam
pemikiran Islam. Dimensi yang paling sempurna dari peradaban dan idealisme kita
dapat merepresentasikan atau memperlihatkan kesempurnaan iman dan berbagai
sektor kehidupan, juga memperlihatkan keikhlasan yang bersih bagi setiap
panggilan Tuhan. Tasawwuf penuh dengan kebenaran dan kejujuran (shidq), amanah
(kepercayaan), pribadi setia memenuhi janji dan hak-hak, mendahulukan yang lain
(itsar),
sikap mulia (dermawan), menolong yang lemah dan membantu yang
tertindas, tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, saling menasehati dalam
haq dan dengan sabar, berlomba dalam hal kebaikan. Tasawwuf juga sebuah
gambaran dari pekerti yang baik yaitu kepribadian islami dengan tampilan
memikat serta kesempurnaan sifat dan contoh ideal bagi muslim yang berbudi
luhur serta suci.
Adapun
ahli tasawuf, seperti dituturkan oleh Imam Ghazali dalam al-Munqid min al-Dlolal (Hal
yang Menyelamatkan dari Kesesatan), adalah orang-orang yang menempuh jalan
menuju Allah secara khusus. Perilaku dan tindak tanduk mereka adalah perilaku
dan tindak tanduk yang paling bagus. Perjalanan hidup (tarekat) mereka 'alah
perjalanan hidup (tarekat) yang paling benar. Akhlaknya adalah akhlak yang paling suci dan mulia. Bahkan, jika kecerdasan
(intelektualitas) para cerdik pandai dan "hikmah" para hukama, dan
ilmunya orang-orang yang menekuni rahasia syariat mengubah sedikit saja
perjalanan hidup dan akhlak mereka dengan yang lebih baik, pasti mereka tidak
akan menemukan jalan untuk itu. Sebab semua gerak-gerik dan tindak-tanduk
mereka -bahkan diamnya sekalipun- baik yang nampak maupun yang tersembunyi
didapatkan dari cahaya lampion (lentera) kenabian (misykat nubuwwah). Setelah (cahaya) kenabian, tidak ada lagi di
muka bumi ini cahaya yang (betul-betul) dapat menyinari.
Itulah tasawuf yang dikenal oleh kaum salaf. Dan
itulah perjalanan kaum sufi sebagaimana yang dikenal ulama khalaf. Manifestasi tasawuf yang telah berlaku -dan akan terus
berlakuadalah cinta kepada Nabi Muhammad Saw dan mengagungkannya, berziarah
kepada (kuburan)nya, bertabarruk (mencari berkah) dari berbagai macam
peninggalannya serta peninggalan orang-orang yang meneladani Rasulullah Saw.
Hakikat tasawuf yang paling esensial adalah bahwa hamba menyembah Allah Swt
seakan-akan ia melihatNya, dan jika ia tidak (mampu) melihat-Nya, meyakini
bahwa Allah melihatnya.
Berdasarkan pemahaman yang dilandaskan kepada kitab
Allah dan Sunnah Rasulullah Saw itulah, penulis menyusun karyanya ini
sedemikian rupa. Karyanya ini pasti akan menjadi hujjah (sandaran argumentatif) bagi para ulama dan menjadi sinar
cahaya bagi para pelajar dan mahasiswa. Di antara keistimewaan buku ini adalah
metode bahasannya yang ilmiah dan sehat/akurat dengan menggunakan gaya bahasa
yang mudah serta menyenangkan. Kitab ini juga kaya dengan informasi yang
variatif, bukti-bukti yang konkret dan jelas, dan sarat dengan argumentasi yang
kokoh.
Semoga Allah menambahi taufik kepada penulisnya,
menambahi hidayah bagi pembacanya; juga menambahi kutukan bagi orang yang membencinya.
Yang teraklir kami katakan:
) وما لنا لا نؤمن بالله وما جاءنا من الحق
ونطمع أن يدخلنا ربنا مع القوم الصالحين(
~~~
SAMBUTAN
Prof. AHMAD ABDUL GHAFUR ‘ATHAR
Salah satu sastrawan kerajaan
dan peraih penghargaan dari Raja Faishol di bidang
Sastra Arab
Bismillahirrahmanirahim
SEGALA puja-puji hanya milik Allah, Tuhan Yang
Mengurus dan Mendidik semesta alam. Semoga rahmat dan salam sejahtera terlimpah
kepada rasul yang paling mulia, panutan kita, Nabi Muhammad Saw dan segenap
keluarga dan sahabatnya.
Saya pernah mendapatkan hadiah dari seorang teman
yang mulia, suatu kitab yang bermutu: Mafahim Yajib AWhshahhah edisi
paling akhir yang ditulis oleh yang terhormat Allamah Sayyid Muhammad bin Alawi
bin Abbas al-Maliki al-Makki. Teman yang menghadiahkan kitab itu meminta saya
untuk memberikan penilaian mengenai kitab itu. Ketika didesak untuk memenuhi
permintaan itu, saya katakan, "Kata sambutan dan pengantar yang telah
disampaikan oleh ulama-ulama handal, ulama yang memiliki otoritas religius yang
tinggi dan ilmu yang luas serta bermanfaat, dan senantiasa terlibat dalam jihad
menegakkan kebenaran -seperti Prof. Abdullah Kanun Al-Hasani (Ketua Ikatan
Ulama Maroko); Syekh Muhammad Al-Khazraji (Menteri Wakaf dan Urusan Agama Islam
Emirat Arab), Syekh Muhammad Al-Syadzili Al-Naiqir (Dekan Fakultas Syariat di Tunisia), Syekh Muhammad Salim ‘Adud (Ketua Mahkamah
Agung Pemerintah Islam Mauritania) telah memadai. Begitu pula apa yang
terkandung dalam muqaddimah yang ditulis oleh Syekh Hasanain Muhammad Makhluf
(Mantan Mufti Negeri Mesir dan Anggota Himpunan Ulama Besar di Al-Azhar
Al-Syarifl.
Namun, kawan saya itu tetap ingin mendengar
pendapat saya secara khusus; bahkan meminta saya untuk menuliskannya. la kemudian meminta izin
saya untuk membawa pendapat dan komentar saya kepada penulis dengan sedikit
perubahan redaksional. Tentu saja saya sangat gembira karena pendapat saya
mendapatkan sambutan dan perhatian sedemikian rupa dari para pembaca.
bagaimanapunpun, saya tidak pernah menulis kecuali kebenaran yang saya pegang.
Setelah membaca kitab ini, saya berkesimpulan,
ternyata penulisnya adalah seorang yang sangat alim dan peneliti handal
nkolihatsah). Ia tidak menulis buku untuk menimbulkan polemik atau perdebatan
dengan orang-orang yang menentang beberapa pendapatnya bahkan mengkafirkannya.
Beliau hanya menulis demi kebenaran dan menetapkannya seraya menggunakan gaya
bahasa yang bijaksana dan penuh kesatriaan (patriotisme) tanpa terjebak dalam
caci maki atau melakukan fitnah yang dilemparkan pada para penentangnya. Dalam
kitabnya itu, tak ada sedikit pun kata-kata keji (tidak pantas), tidak ada pula
kata-kata tajrih (mencela atau menunjukkan cela) orang lain sehingga merasa
dilukai; pen). Yang lebih banyak ia tulis adalah ilmu yang ada padanya
ketimbang pendapat pribadinya.
Penulis yang mulia itu tampaknya tidak bermaksud
sama sekali memaksakan pendapatnya kepada pembaca. Oleh sebab itu, dalam
pembahasan ilmiah islaminya ini, beliau tidak banyak mengemukakan pendapat
pribadinya, meskipun pendapatnya benar. Sebab, semua pendapat boleh jadi
dinilai salah untuk diterima meskipun pendapat itu benar.
Penulis tampak juga dalam kitab ini berusaha
meluruskan pendapat serta mendasarkannya atas kebenaran yang bersumber pada
kitab Allah dan sunnah Rasul baik itu berupa syari’at, aqidah, suluk atau etika
sosial, tata susila dan juga ilmu pengetahuan.
Kebenatan (al-haqq) dalam Islam itu tidak bersifat tertutup, tidak
sewenang-wenang, dan tidak ada pembatasan pada seseorang tertentu. Kebenaran
dalam Islam merupakan hak (dan kewajiban) ahli ilmu untuk membahas dan menggali
kesimpulan hukum darinya. Tentu saja sesuatu yang biasa (lumrah) jika terjadi
perbedaan pandangan dalam memahami sebagian nash, seperti sebagian dari ayat-ayat Al-Qur'an atau
sebagian di antara berbagai hadis (yang keduanya merupakan sumber kebenaran; pen.).
Kita menemukan adanya perbedaan pendapat yang cukup
tajam di antara ulama besar berkenaan dengan fardu wudlu. Sebagai misal,
menurut para ulama Mazhab Hanbali, di antara yang membatalkan wudlu adalah
memakan daging kambing (yang telah disembelih, al-Jazur); sedangkan menurut ulama lain, hal itu sama sekali
tidak membatalkan wudlu. Maka kaum Muslimin -kecuali yang bermazhab Hanbali-
dalam keadaan memiliki wudlu tidak keberatan memakan daging kambing. Setelah memakan
daging kambing, mereka bisa langsung berdiri untuk melakukan shalat yang
-sebagaimana kita maklumi- merupakan tiang agama bahkan rukun Islam yang paling
agung setelah dua kalimat syahadat.
Sebaliknya, kaum Muslimin yang dalam hal ini
mengikuti Mazhab Hanbali, shalat dan wudlunya batal, juga tidak sah. Pandangan
Mazhab Hanbali dalam hal ini tidak diikuti ketiga imam fiqih yang lain, yaitu
Abu Hanifah, Imam Malik, dan Imam Syafi'i.
Meskipun demikian, ikhtilaf yang begitu keras itu
tidak mengakibatkan saling mengkafirkan di antara mereka; para imam terkenal
itu. Masih banyak contoh lain yang memperlihatkan adanya ikhtilaf di antara
para ulama yang mestinya tidak mendorong kita untuk saling memfitnah, menuduh,
dan saling mengkafirkan.
Sungguh bagus langkah yang ditempuh oleh Dr. Sayyid
Syekh Muhammad Alawi Al-Maliki Al-Hasani dalam kitabnya Mafahim Yajibu an
Tushohhaha yang sangat bermutu ini. Di antara keistimewaan penulis yang
mumpuni ini adalah kemampuannya menggunakan gaya bahasa dan penuturan yang bijaksana
(hikmah). Beliau mampu menghindari caci maki seraya mengajak -kaum Muslimin-
untuk mengikuti kebenaran dan kebaikan, keindahan dan keutamaan dengan
menggunakan uslub (gaya
bahasa) yang sangat indah dan bagus yang mencermin-kan ciri akhlak ahli Bait
Nabi dan keluarganya yang mulia.
Ringkasnya, karya Syekh Muhammad bin Alawi bin
Abbas al-Maliki ini menjadi penjelas kebenaran, serta penegas metode
penulisanya atas dasar pemikiran keagamaan, bahkan menjadi gudang pemikiran
agama itu sendiri. Sungguh, buku ini merupakan suatu referensi yang berharga,
bahkan telah meluruskan beberapa pemahaman yang selama ini terjadi kekeliruan.
Karena ketelitian dan kebijaksanaannya, pandangan-pandangan keagamaannya dapat
diterima dan mendapat sambutan baik sejumlah ulama besar sebagaimana terekam
dalam Kata sambutan dan Pengantar. Sambutan dan pangantar yang seolah merupakan
rekomendasi dari para ulama itu, juga menyatakan kesaksian terhadap buku ini
maupun terhadap penulisnya. Kesaksian ini
patut kita sambut dan dukung bersama,
karena memang demikian adanya.
Kita juga patut berterima
kasih kepada yang mulia, pendakwah gigih, ulama besar, Allamah Sayyid Muhammad
Alawi al-Maliki al-Hasani yang telah mengorbankan segala upaya dan tenaganya untuk berkhidmat
kepada Islam dan Rasulullah Saw. Kita juga berterima kasih kepadanya karena
perjuangan (jihad) yang di lakukannya dalam rangka mengemban tugas dakwah,
mengajak manusia menuju Allah Swt. Jihad yang dilakukannya tentu akan
menghasilka buah perjuangan yang sangat berarti, yaitu menancapkan (cahaya
Islam di bumi Asia dan Asia Selatan khususnya, di samping demi meninggikan
kalimat Allah di berbagai negara di dunia, baik dunia Islam maupun di dunia
asing.
Semoga Allah Swt melimpahkan kebaikan kepada
penulis buku ini, dan semoga karyanya ini bermanfaat bagi segenap makhluk
Allah, juga kemanfaatan dari penulisnya yang berakhlak mulia, berilmu luas, dan
keutamaan yang melimpah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar