Dalam Al-Fataawaa vol. XI hlm 96
Ibnu Taimiyyah menulis sbb :
Muhammad adalah junjungan anak
Adam, makhluk paling mulia dan mulia di sisi Allah. Karena itu ada orang
berpendapat bahwa karena beliau Allah menciptakan alam semesta atau kalau bukan
karena beliau Allah tidak akan menciptakan ‘arsy, kursi, langit, bumi,
matahari, dan bulan. Tapi pandangan ini bukanlah hadits Nabi, baik shahih atau
dlo’if dan tidak ada seorang ulama pun yang mengutipnya sebagai hadits Nabi.
Malah tidak juga bersumber dari para sahabat. Ungkapan ini adalah ungkapan yang
pengucapnya misterius dan bisa ditafsirkan dengan benar, sebagaimana firman
Allah :
وَسَخَّرَ لَكُمْ مَا فِي السَّمَاوَاتِ وَمَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا
مِنْهُ إِنَّ فِي ذَلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (13)
اللَّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ وَسَخَّرَ
لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ
الْأَنْهَارَ (32)
32. Allah-lah yang
telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit,
kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi
rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu,
berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu
sungai-sungai.
وَسَخَّرَ لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَائِبَيْنِ وَسَخَّرَ لَكُمُ
اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ (33) وَآتَاكُمْ مِنْ كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِنْ
تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ
(34)
dan Dia telah
menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan
kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai.
33. Dan Dia telah
menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam
orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang.
dan ayat-ayat lain yang
menjelaskan bahwa Allah menciptakan makhluk untuk anak cucu Adam. Sudah maklum,
bahwa di samping demi kepentingan anak cucu Adam, Allah memiliki hikmah-hikmah
lain yang lebih besar dalam ayat-ayat tersebut. Namun, di dalam ayat-ayat
tersebut Allah menjelaskan kepada anak cucu Adam manfaat dan nikmat yang
tercakup di dalamnya.
Jika dikatakan : Allah melakukan
sesuatu untuk sesuatu, maka tidak berarti di dalamnya tidak ada hikmah lain.
Demikian pula ucapan seseorang : Jika tidak karena ini maka Allah tidak akan
menciptakan itu, bukan berarti tidak ada hikmah lain yang besar di dalamnya.
Justru hal itu menyimpulkan bahwa jika dalam ungkapan tersebut yang dimaksud
adalah anak cucu Adam yang shalih yang paling utama, yakni Muhammad, dimana
penciptaan beliau adalah tujuan yang dicari dan hikmah yang besar yang lebih
besar dari yang lain, maka kesempurnaan makhluk dan puncak kesempurnaan
tercapai dengan Muhammad SAW. Dikutip dari kitab Fataawaa.
ANALISA PENTING TERHADAP
PANDANGAN IBNU TAIMIYYAH YANG RAIB DARI
BENAK PARA PENGIKUTNYA
Mari kita cermati pandangan Ibnu
Taimiyyah, jauhnya visi dan dalamnya pemahaman beliau dalam memberikan
interpretasi terhadap keistimewaan yang telah tersebar dan populer ini. dalam
masalah ini terdapat hadits yang menggambarkan tawassul Nabi Adam, yang
diriwayatkan oleh Al Hakim dan dinilai shahih oleh mereka yang
mengkategorikannya sebagai shahih, dinilai hasan oleh mereka yang
mengklasifikasikannya sebagai hasan, dan diterima oleh para pakar hadits yang
menerimanya.
Cobalah dengarkan Ibnu Taimiyyah
sendiri mengatakan, “Sesungguhnya pendapat ini memiliki sudut pandang yang
benar.”
Di manakah posisi pendapat Ibnu
Taimiyyah ini dari pendapat orang yang mendudukkan dan memberdirikan dunia, dan
mengeluarkan mereka yang berpendapat seperti Ibnu Taimiyyah dari lingkaran
Islam, menuduh mereka sesat dan musyrik atau bid’ah dan khurafat kemudian
dengan bohong mengklaim sebagai pengikut madzhab salafi dan Ibnu Taimiyyah,
padahal ia sungguh jauh dari Ibnu Taimiyyah dan salafiyyah. Tindakan negatif
orang seperti ini tidak hanya pada persoalan di atas saja. Justru yang jadi
fokus adalah ia senantiasa bersama Ibnu Taimiyyah dalam semua persoalan kecuali
dalam hal-hal yang menyangkut pengagungan terhadap Rasulullah SAW atau
menguatkan kemuliaan, keagungan dan kedudukan beliau. Karena dalam hal-hal ini
ia akan ragu, berfikir dan merenung. Dari sini, akan tampak padanya sikap
protektif terhadap status tauhid atau fanatisme terhadap tauhid. Subhaanaka
Haadzaa Buhtaanun ‘Aadhiim.
Hadits Pendukung Ketiga untuk
Hadits Tawassul
Hadits ketiga yang mendukung
hadits tawassul Adam adalah hadits yang dikeluarkan oleh Ibnu Al Mundzir dalam
tafsirnya, dari Muhammad ibn ‘Ali ibn Husain AS, ia berkata, “Ketika Adam
tertimpa kesalahan, ia sangat sedih dan menyesal. Lalu Jibril datang kepadanya
dan berkata, “Wahai Adam, Apakah engkau mau aku tunjukkan pintu taubat yang
Allah menerima taubatmu darinya?”
“Mau, wahai Jibril.”
“Berdirilah di tempat engkau
bermunajat kepada Tuhanmu. Lalu agungkalah Dia dan berikanlah Dia pujian.
Karena tidak ada sesuatu yang lebih dicintai Allah melebihi pujian.”
“Apa yang harus saya ucapkan,
wahai Jibril?”
“Ucapkanlah : Tiada Tuhan kecuali
Allah semata, tidak ada sekutu bagiNya. BagiNya kekuasaan dan pujian. Dia Dzat
yang menghidupkan dan mematikan. Dia hidup dan tidak akan mati. Di tangannya
segala kebaikan. Dan Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Selanjutnya akuilah
kesalahanmu dan bacalah : Maha Suci Engkau, Ya Allah, dan dengan memuji-Mu.
Tiada Tuhan selain Engkau. Ya Tuhanku, sesungguhnya aku berbuat aniaya terhadap
diriku sendiri dan berbuat buruk, maka ampunilah aku, karena tidak ada yang
mengampuni dosa kecuali Engkau. Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu dengan
perantara kedudukan Nabi-Mu Muhammad dan kemuliaan beliau di sisi-Mu, agar
Engkau mengampuni kesalahanku. Nabi bercerita, “Lalu Adam melakukan perintah
Jibril. “Wahai Adam, siapakah yang mengajarimu demikian?” tanya Allah.
“Ya Tuhanku, sesungguhnya ketika
Engkau meniupkan nyawa pada tubuhku lalu saya berdiri sebagai manusia sempurna
yang bisa mendengar, melihat, berfikir dan merenung, maka saya melihat pada
kaki ‘arsy-Mu terdapat tulisan : Dengan
nama Allah Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, tiada Tuhan selain Allah semata,
tiada sekutu bagiNya. Muhammad utusan Allah. Karena saya tidak melihat nama
malaikat muqarrab (yang didekatkan) dan Nabi rasul lain selain Muhammad,
sesudah namaMU, maka saya tahu bahwa Muhammad adalah makhluk paling mulia di
sisiMu. “Engkau benar, dan Aku telah menerima taubatmu dan telah mengampunimu.”
Dikutip dari Al Durr al Mantsuur vol. 1 hlm. 146.
Muhammad ibn ‘Ali ibn Hushain
adalah Abu Bakr al Baqir, salah satu tabi’in terpercaya dan tokoh mereka. Enam
Imam hadits (al Sittah) meriwayatkan hadits darinya. Ia meriwayatkan hadits
dari Jabir, Abi Sa’id, Ibnu ‘Umar dan lain-lain RA.
Hadits Pendukung Ketiga untuk
Hadits Tawassul
Hadits ketiga pendukung tawassul
Adam adalah hadits riwayat Abu Bakar al-Aajuri dalam Kitabu al-Syarii’ah. Ia
berkata, “Harun ibn Yusuf al Tajir bercerita kepadaku.” Harun berkata, “Abu
Marwan al-‘Utsmani bercerita kepadaku.” Abu Marwan berkata, “Abu ‘Utsman ibn
Khalid menceritakan kepadaku dari ‘Abdirrahman ibn Abi Al Zinaad dari ayahnya,
bahwa sang ayah berkata, “Salah satu kalimat yang dengannya Allah menerima
taubat Adam adalah : Ya Allah, Sesungguhnya saya memohon dengan kemuliaan
Muhammad padaMu. “Apa yang memberitahukanmu siapa Muhammad?” “Ya Tuhanku, saya
menengadahkan kepalaku lalu saya melihat ada tulisan pada ‘arsyMu : Tiada Tuhan
selain Allah, Muhammad Utusan Allah. Maka saya tahu, ia adalah makhlukMu yang
paling mulia.” Jawab Adam.
Sebagaimana diketahui
penggabungan atsar ini pada haditsnya ‘Abdirrahman ibn Zaid membuat hadits ini
kuat.
Sorga Haram Dimasuki Para Nabi
Sebelum Nabi Muhammad Saw Memasukinya
Salah satu contoh karunia Allah
kepada Nabi Muhammad SAW adalah bahwa sorga haram dimasuki para Nabi sebelum
dimasuki Nabi Muhammad sebagaimana tercantum dalam sebuah hadits dari ‘Umar ibn
al Khaththab RA dari Rasulullah SAW, beliau bersabda, “Sorga diharamkan untuk
para Nabi sampai aku masuk ke dalamnya dan diharamkan untuk semua ummat sampai
ummatku masuk ke dalamnya.” HR Al Thabarani dalam al Awsath. Menurut al
Haitsami isnad hadits ini hasan. Dikutip dari Majma’ul Zawaa’id vol. 10 hlm.
69.
Baccarat - Live Casino - FBCasino
BalasHapusLive betting on the house — Baccarat can be played in a variety of ways. It involves placing both teams to 바카라 사이트 a certain number, or even to several